• Posted by : admin Sabado, Mayo 13, 2017


    Gelombang dukungan kepada Basuki T Purnama (Ahok) terus mengalir dan bermunculan di setiap daerah Indonesia. Dukungan yang saat ini begitu terasa dan dapat kita lihat dari berbagai media massa maupun elektronik dilakukan melalui penyalaan lilin dengan mengedepankan pernyataan damai. Kegiatan ini akan terus berlanjut sebagai dukungan terhadap kesatuan NKRI dan memperkokoh Pancasila.

    Kegiatan penyalaan lilin ini juga sebagai bentuk perlawanan anak-anak bangsa terhadap politik di Indonesia yang saat ini sedang berada pada titik yang akan menjerumuskan bangsa Indonesia ke dalam perpecahan. Bangsa Indonesia yang selama ini memiliki sikap toleransi yang kuat mulai tercoreng melalui kegiatan politik identitas yang memakai isu sara dan agama untuk memenangkan sebuah percaturan politik.

    Kasus yang menjerat Ahok merupakan salah satu contoh bagaimana pengaruh politik intoleransi bisa menang di Jakarta, yang merupakan wilayah dengan tingkat pendidikan penduduknya berada di atas daerah-daerah lainnya di Indonesia. Vonis yang diberikan hakim kepadanya dalam persidangan juga memunculkan spekulasi dan wacana bagaimana penasehat hukum dan jaksa penuntut hukum tidak ada gunanya ketika sering beradu argumen dalam persidangan, ternyata tidak diambil oleh hakim sebagai dasar pertimbangan untuk menjatuhkan vonis kepada Ahok.  Menjadi hal yang wajar apabila banyak anak bangsa yang mengatakan bahwa hakim menutup hati nuraninya dalam memberikan hukuman terhadap Ahok.

    Tentu saja melalui peristiwa ini mengganggu dan membakar emosi semua warga Indonesia yang mendukung Ahok. Ahok menunjukkan sebuah karakter anak bangsa yang dengan berani melawan korupsi dan ketidakbenaran yang selama ini bertahan lama di Jakarta. Ternyata dizolimi dengan mudah oleh lawan politiknya dengan membungkus mereka atas nama agama, memberikan pengaruh kepada kaum bumi datar dan sumbu pendek untuk tetap bergandengan tangan dengan tujuan memenjarakan Ahok.

    Kesedihan dan kemarahan yang dirasakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia yang mengharapkan keadilan menjadi satu. Seorang tokoh bangsa yang juga ketua umum partai PDI Perjuangan sampai menyoroti kasus ini dan memberikan sebuah pernyataan yang menampar dengan mengatakan “Kalau saya terenyuh. Sebuah kesedihan yang tidak bisa diungkapkan”.

    Berbanding terbalik dengan pihak lawan politik Ahok yang kegirangan, karena Ahok dimasukkan ke dalam tahanan. Kemenangan yang mereka rayakan adalah kemenangan semu, karena politik dan hukum dicampur menjadi satu hanya untuk memuaskan nafsu sesat semata.  Seharusnya mereka sadar, bahwa apa yang mereka lakukan mencerminkan siapa diri mereka yang sebenarnya. Rakyat Indonesia juga akan semakin mengenal mereka adalah orang-orang yang lebih mencintai kelompoknya daripada memikirkan kemajuan bangsa Indonesia. Mungkin mereka bisa mengatakan hanya sebagai acara kemenangan pilkada saja, tetapi hal ini mereka lakukan setalah putaran pilkada telah lama selesai.

    Ahok itu tidak lagi menceritakan siapa dirinya. Ahok itu telah menceritakan siapa anak-anak bangsa yang selama ini diam terhadap mengguritanya tindakan korupsi dan kekonyolan politik identitas, mulai menyuarakan perlawanan terhadap korupsi dan kejanggalan yang selama ini menggorogoti kebhinekaan di Indonesia. Pesan-pesan yang disampaikan melalui aksi 1.000 lilin di hampir setiap wilayah Indonesia merupakan bentuk empati terhadap Ahok dan bentuk dukungan terhadap bangsa Indonesia untuk tetap berdiri tegar sebagai NKRI.

    Luar biasa empati yang disampaikan oleh anak-anak bangsa kepada Ahok. Melalui diri Ahok, anak-anak bangsa mulai bergelora dan semakin mengobarkan kecintaan terhadap bangsa Indonesia. Lagu-lagu perjuangan dikumandangkan di hampir setiap aksi penyalaan lilin. Doa dan ucapan semangat terus mengalir bukan hanya kepada Ahok tetapi kepada bangsa Indonesia dan terlebih kepada orang nomor satu bangsa saat ini yaitu Pak Joko Widodo.

    Mari buka mata, buka hati, sikap pesimis terhadap bangsa ditinggalkan. Ahok sudah memberikan sebuah karakter perjuangan kepada kita. Beban memajukan bangsa dan menjaga keutuhan NKRI dan Pancasila ada dipundak kita masing-masing. Sebab kalau kita terpecah, kegelapan dan pandangan yang suram tentang masa depan bangsa Indonesia semakin nyata seperti yang diharapkan oleh orang-orang yang mengaku mencintai NKRI dan berpedoman terhadap Pancasila, tetapi tindakan mereka tidak seperti yang mereka ucapkan.

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Bersatu NKRI - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -