• Posted by : admin Martes, Mayo 9, 2017


    Mana… mana…??? Semua argumentasi dari pembelaan penasehat hukum Ahok selama masa persidangan, dan mana  semua argument para ahli agama dan ahli bahasa yang selama ini hadir pada masa persidangan Ahok dari penasehat hokum Ahok. Kenapa hanya sopan, kooperatif, dan dan taat hukum yang meringankan Ahok? Kenapa semua pembelaan yang disampaikan penasehat hukum hanya sedikit yang dibacakan?

    Sedih dan terdiam hanya ini yang bisa penulis sampaikan atas vonis yang diberikan majelis hakim kepada Pak Ahok. Sudah nyata dalam persidangan bahwa Ahok tidak melakukan penodaan agama tetapi majelis hakim tetap berpendirian Ahok melakukan penodaan agama. Penulis dalam hal ini tidak sedang menyalahkan majelis hakim.

    Hukuman 2 tahun penjara yang diberikan lebih berat dari tuntutan yang diberikan jaksa penuntut umum hukuman 1 tahun penjara dengan masa percobaan 2 tahun. Sungguh sangat menyakitkan bagi penulis sendiri dan juga bagi sebagian besar warga pendukung Ahok yang selama ini mengharapkan bahwa vonis yang akan diberikan oleh majelis hakim akan lebih ringan dari rekomendasi jaksa penuntut umum, bahkan mengharapkan vonis bebas dari majelis hakim.

    Melaui pembacaan vonis Ahok, semua lawan politik Ahok akan sedikit yang menerimanya, karena mereka sangat mengharapkan vonis maksimal yang diberikan kepada Ahok. FPI, FUI, dan GNPF-MUI yang selama ini sangat getol mengharapkan Ahok dipenjara pasti sedikit tersenyum dengan vonis Ahok. Melalui vonis 2 tahun penjara yang diberikan secara otomatis hak politik dari Ahok untuk naik lagi menjadi Gubernur atau menjadi salah satu menteri pada tahun 2019 akan kandas.

    Tentu saja teriakan kemenangan kaum bumi datar akan semakin menggema dan nyaring bunyinya. Begitu besarkah kebencian yang dirasakan terhadap Ahok? Hal ini akan menjadi sebuah cerita yang menarik bagi mereka yang merasa hanya kaum mereka yang memiliki Indonesia.

    Banding adalah pilihan yang tepat dan telah dipilih oleh Ahok beserta dengan para penasehat hukum yang menemani Ahok dalam persidangan. Kita semua mengharapkan akan ada keadilan yang lebih nyata yang akan hadir dalam masa persidangan banding.


    Mungkin bukan saya saja yang sedih dan marah, semua warga yang menuntut keadilan bagi Ahok pasti juga akan merasakan hal yang sama. Ahok adalah seorang negarawan sejati. Cinta NKRI dan Pancasila. Seorang yang mengedapankan kemajuan bangsa Indonesia melalui daerah yang dipimpinnya  yaitu DKI Jakarta. Daerah yang selama ini menjadi bulan-bulanan banjir dan mendapat predikat wilayah yang sungainya tidak tertata rapi dan bersih, menjadi daerah yang sangat ingin didatangi oleh sebagian besar warga Negara Indonesia.

    Penulis bisa mengatakan Indonesia kembali menitikkan sebuah air mata kesedihan. Sedih karena seorang anak bangsa yang begitu dikagumi dan memberikan banyak inspirasi kepada masyarakat mendapatkan hukuman penjara 2 tahun. Apakah hanya karena suatu kalimat yang menyinggung surat Al-Maidah 51? Tidak ini hanya alat oleh para elit politik yang menggunakannya untuk menjegal Ahok dari pemerintahan.

    Perkataan Ahok yang membuktikannya sendiri dengan mengatakan ada kata “pakai”. Tetapi semua ini digunakan oleh para lawan politik Ahok untuk melakukan perlawanan dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi sebuah isu yang hangat dimasyarakat. Masyarakat menangkap dan mengubahnya menjadi buah bibir dalam pembicaraan sehari-hari, sehingga menjadi nada kebencian terhadap Ahok.

    Hal ini juga menjadi sebuah pernyataan para majelis hakim yang mengatakan bahwa pernyataan Ahok yang menyinggung surat Al Maidah menimbulkan keresahan di masyarakat. Hakim telah memberikan putusan yang menurut mereka yang terbaik yang telah diberikan. Layaklah kita sebagai warga Negara menerima dangan lapang dada tuntutan yang diberikan kepada Ahok.

    Tetapi dibalik itu semua benang merah sejarah telah tertancap di Indonesia melalui kisah Ahok dan kasus yang menjeratnya. Nama Basuki T Purnama (Ahok) akan selalu dikenang dan akan menjadi sebuah kebanggaan ketika menyebutkan sebagai seorang pemberi inspirasi kebangsaan.  Pembangunan DKI Jakarta adalah contohnya dan bagaimana dia dengan tegar menjalani persidangan dan seberapa kuat fitnah dan ketidakadilan menyerang, dia tetaplah seorang Ahok.

    Melalui kisah Ahok juga kita sebagai bangsa Indonesia, harus berani tegar melawan ketidakadilan. Seperti pion dalam permainan catur saya yang berani dengan tegar mendekati kuda lawan main saya.

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Bersatu NKRI - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -