• Posted by : admin Linggo, Mayo 14, 2017


    Strategi cantik dimainkan oleh kubu lawan. Kecerobohan Ahok yang masih belum hilang traumanya gara-gara kalah Pilkada Babel karena isu SARA dan politisasi surat Al Maidah 51 digoreng dengan aksi demo bertajuk Aksi Bela Islam. Kehebohan pun ditambah dengan perhitungan peserta aksi 212 yang diklaim sampai 7 juta orang.

    Tidak selesai disitu, seperti yang sudah banyak dibahas, politisasi masjid melalui sang maestro Eep Saepulloh dan juga spanduk ancaman terhadap jenazah juga dilakukan. Usaha tersebut berhasil menggagalkan Ahok jadi Gubernur dan membuat Anies bisa menang telak.

    Tidak hanya menggagalkan Ahok jadi Gubernur, usaha mereka juga berhasil memenjarakan Ahok. Usaha untuk memenjarakan Ahok ini mereka lakukan dengan menggunakan isu makar dan mengorbankan pion menjadi tersangka oleh Polri. Ancaman makar ini cukup efektif membuat hakim keder dan memberikan vonis diluar tuntutan JPU. Walau ada juga yang beropini liar JK bermain saat melakukan pertemuan dengan Ketua MA, Hatta Ali.

    Keberhasilan menembak jatuh Ahok yang menjadi salah satu ikon gerakan perubahan 2012, tidak membuat mereka berhenti. Kini Jokowi pun akan ditembak jatuh. JK disebut-sebut sudah ikut dalam usaha ini karena ada indikasi pembiaran masjid dipolitisasi dengan hanya diam saja atas maraknya masjid dipakai sebagai tempat kampanye. Begitu juga dengan Menag yang buat imbauan masuk angin.

    Bisa dibayangkan apa jadinya kalau Jokowi betul bisa didongkel. Siapa yang paling diuntungkan?? Tentu saja yang paling diuntungkan adalah Wapres yang akan langsung ambil alih kepemimpinan. Bukan saya yang bilang, tetapi Undang-undang memang memerintahkan seperti itu. Itulah mengapa Ahok hati-hati memilih Wagubnya demi menjaga kepemimpinan di Jakarta.

    Jokowi tidak bisa asal-asalan bertindak karena wakilnya sangat berbahaya dan punyak banyak kepentingan bisnis di Indonesia. Bisa-bisa Indonesia yang mau dibangun infrastrukturnya hanya dijadikan ATM untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Namanya juga pebisnis kelas kakap, pastilah pengen untung kakap juga.

    Itulah mengapa Ahok seperti tidak terlalu pusing dirinya dikriminalisasi dan dipenjara oleh para politisi busuk dan penggiat isu SARA. Ahok punya Djarot yang ditahunya adalah seorang yang punya karakter dan integritas mumpuni. Dan terbukti memang, Djarot mampu mengemban tanggung jawab sebagai Plt Gubernur. Apalagi kekompakan mereka tetap terjaga dengan Djarot yang selalu berkomunikasi sebelum mengambil keputusan.

    Berharap itu terjadi pada Jokowi dan JK?? Jangan berharap. Sekarang saja sudah terlihat bahwa pasangan ini sudah tidak satu jalan. Jokowi ke kanan (Islam Nusantara), JK ke kiri (promosikan Zakir Naik). Meski harus tetap duduk bersebelahan, hati dan pikiran mereka sudah sangat berjauhan. JK malah saat ini dituding “selingkuh” dengan Prabowo.

    Untuk mendongkel Jokowi itulah, maka saat ini ada usaha massif mengadu domba Jokowers dan Ahokers. Mainin isu agama?? Tentu tidak bisa ditinggalkan. Itu adalah cara ampuh dan aji mumpung setelah Pilkada Jakarta. Bayangkan saja, saat ini ada isu aksi 1000 lilin dikait-kaitkan dengan budaya Kristen dan aksi solidaritas diprakarsai oleh gereja. Isu SARA sepertinya masih jadi provokasi efektif memecah belah.

    Adu domba pendukung Jokowers dan Ahokers yang paling massif adalah dengan memancing para pendukung Ahok kecewa dan sakit hati kepada Jokowi. Seruan untuk melakukan demo kepada Jokowi terus digaungkan supaya massa melakukan aksinya di Istana Merdeka. Sayang, usaha tersebut gagal karena para pendukung tidak bersumbu pendek dan tenang meredam provokasi para penyusup tersebut.

    Kita tahu bahwa Jokowi tidak salah, yang salah adalah hakim dan kalau berbicara hakim maka akan masuk ke dalam pemimpin tertinggi dalam kehakiman, yaitu Mahkamah Agung. Tidak heran, Hatta Ali yang sebenarnya sudah akan memasuki masa pensiun ngotot tetap menjadi Ketua MA. Untuk apa?? Silahkan anda berspekulasi asal masih dalam kapasitas kemungkinan dan beropini.



    Untuk informasi, Hatta Ali 3 tahun lagi pensiun. Dengan kata lain, Hatta akan tetap menjadi Ketua MA sampai Pemilu Serentak diadakan. Jadi, siap-siaplah terheran-heran melihat bagaimana nanti ujungnya kasus Ahok ini. Prediksi saya sih sulit rasanya Ahok bebas.

    Addie MS sendiri mengemukakan bahwa usaha massif adu domba jokowers dan ahokers semakin nyata. Dia sendiri mengalami hal tersebut di media sosial. Addie MS dalam akun twitternya membukakan bahwa dia menerima puluhan tweet yg sama dari akun-akun yang berbeda. Soal Ahok yang seolah ditinggalkan Jokowi.

    “Robot mulai bekerja untuk adu domba Jokowers & Ahokers.” Kata Addie MS di akun twitternya.

    Akankah usaha mereka mengadu domba Jokowers dan Ahokers berhasil?? Semua tergantung dari kita semua. Mau terpancing atau tidak. Dan kalau melihat begitu massif dan kompaknya Jokowers dan Ahokers, maka saya ragukan hal itu akan terjadi. Kecuali ada yang ngaku-ngaku Jokowers dan Ahokers kemudian melakukan aksi provokasi seperti yang baru-baru ini terjadi.

    Tidak heran memang, karena di Pilkada saja bisa muncul aksi sembako yang entah dari mana asalnya tetapi mengaku adalah relawan dan pendukung Ahok-Djarot. Tetapi saya yakin, kalau kali ini usaha itu akan gagal, karena di dalam Jokowers dan Ahokers tidak ada istilahnya swing voters. Hehehehe..

    Sama dengan tulisan-tulisan lain di seword ini, saya juga ikut menyerukan agar kita jangan sampai diadu domba. Kalau mau adu-aduan, mari kita adu kreativitas mendukung Ahok dan Jokowi seperti yang dilakukan dalam aksi lilin di beberapa daerah dan negara. Energi tidak sia-sia dikeluarkan dan malah mampu memukau dunia Internasional dan membuat kejang-kejang kubu lawan.

    Mari bersatu dalam gerakan Jokowi-Ahok.

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Bersatu NKRI - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -