• Posted by : admin Martes, Mayo 9, 2017


    Tak lama setelah vonis dijatuhkan oleh Hakim berupa 2 tahun penjara kepada Ahok, media sosial pun segera riuh membahas berita tersebut. Seorang teman merespons dengan nada kecewa di akun Facebook-nya:

    “Apa yang harus saya ajarkan pada anak-anak saya sekarang? Berbakti bagi negeri? Melawan korupsi? Menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa? Prettttt!”

    Sebuah pertanyaan yang menjadi perenungan bagi kita semua. Ya, apa yang terjadi beberapa bulan terakhir ini, dengan tokoh utama seorang double-minority menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat di seluruh penjuru negeri.


    Bagaimana seorang Basuki Tjahaja Purnama yang dikenal Bersih, Jujur, dan Profesional bekerja demi keadilan sosial rakyat Jakarta, malah mengalami penganiayaan hebat secara mental. Pembunuhan karakter juga dialami oleh Ahok, yang kini secara “resmi” dicap sebagai penista agama. Biasanya, kalau sudah begitu, keluarganya pun ikut menanggung akibat dari pelabelan ini. Bisa jadi nanti Bu Vero, Nicholas Sean, Nathania, dan Daud Albeenner bisa mendapat cap istri dan anak-anak dari penista agama. MIRIS!

    Fakta yang masih harus kita terima adalah bahwa fanatisme buta masih menjadi “raja” di negeri ini. Apalagi didukung oleh jumlah massa yang banyak dan terhitung sebagai mayoritas. Mereka berhak melakukan tekanan sekehendak hati mereka, bahkan melakukan hal-hal yang jika dilakukan oleh “orang biasa” sudah langsung dikenai hukuman.

    Keadilan juga rasanya masih jauh panggang dari api. Entah karena memang para penegak hukum terimbas tekanan massa atau karena faktor lain. -> Saya malas untuk mencari tahu soal ini!

    Namun yang jelas, hari ini kita semua harus menerima kenyataan vonis 2 tahun yang dijatuhkan oleh hakim. Berlian itu—jika saya boleh menganggap Ahok demikian—yang semula berada di tengah Ibukota negara yang keras dan lebih kejam dari ibu tiri,  kini akan “terbuang” ke dalam penjara.

    Seseorang yang begitu berharga di negeri ini, bahkan di dunia internasional, untuk sementara akan dikurung dan jauh dari ingar-bingar kehidupan di dunia ini. Kita pun menunggu bersama akan proses banding yang akan diajukan oleh tim kuasa hukum Ahok. Sebagai tindak lanjut kasus ini, Mendagri kabarnya akan segera melantik Djarot Saiful Hidayat sebagai Plt. Gubernur sampai masa jabatan berakhir pada Oktober 2017 mendatang.

    Setelah melihat dan mengamati benang ruwet dari kasus Ahok ini, izinkan saya menyimpulkan berdasarkan ungkapan yang pernah saya baca dari Kitab Suci. Ibarat benih gandum, nampaknya Ahok ini benar-benar menjadi benih gandum yang harus mati, supaya ia nantinya menghasilkan buah—meskipun harus disadari pula, bahwa buah dari perjuangan Ahok juga tidak mudah untuk menjadi matang dan bermanfaat bagi negeri ini.

    Ahok pun kini “bergabung” dengan orang-orang hebat lainnya, para berlian yang seharusnya berkilau, seperti Abraham Samad dan Antasari Azhar yang kita yakini dikriminalisasi oleh segelintir oknum yang tak ingin Indonesia menjadi hebat karena keberadaan mereka.

    Welcome to The Club, Pak Ahok!

    Klub yang berisikan orang-orang bermental tangguh, sekuat baja yang ditempa dan dilebur dalam api. Klub yang berisikan orang-orang yang bersedia menjalani prosedur hukum, sesuai peraturan yang berlaku. Klub yang akan membangkitkan semangat perjuangan bagi banyak orang,. Klub yang akan dikenang sepanjang masa.

    Bukti awal dari kecemerlangan Ahok terlihat setelah ia dibawa ke rutan Cipinang siang ini. Beberapa petugas rutan langsung mengerubungi Ahok, dan seperti biasa, meminta foto bersama. Mereka lupa bahwa ini bukan sedang berada di Balaikota, melainkan di dalam rutan!



    Ketika melihat foto di atas, yang dibagikan oleh teman saya via WhatsApp, saya pun mennyeletuk, “Kurang ajar juga para pegawai rutan ini, nggak bisa lihat Ahok baru sedih, langsung minta foto-foto aja.”

    Namun, seorang teman lantas menanggapi, “Walaupun di penjara tetap mutiara, dan pasti menjadi berkat.” Kalimat ini rasanya layak di-AMIN-kan karena keberadaan Ahok di sana pasti berbeda dengan para narapidana lainnya.

    Siap-siap saja petugas rutan menjadi sibuk pada jam kunjungan karena ratusan hingga ribuan orang akan memadati rutan untuk membesuk Ahok. Siap-siap saja untuk “memperbesar” kapasitas ruang tamu atau lahan kosong di areal rutan karena kemungkinan pendukung Ahok akan membanjiri rutan dengan kiriman-kiriman kreatif, seperti yang ditunjukkan lewat aksi karangan bunga, lilin, dan balon merah-putih.

    Sekali lagi … welcome to The Club, Pak Ahok!

    Sedih rasanya melihat caramu meninggalkan Balaikota seperti ini. Tak ada kesempatan berpamitan. Mulai besok pagi juga tak akan ada keriuhan lagi di Balai Kota, pertanda antusiasme warga untuk bertemu dengan “Bapak”-nya. Tak ada lagi aksi 37 keputusan dalam 17 menit yang mendatangkan kebaikan bagi masyarakat Jakarta

    Doa saya … tetaplah berjuang, Pak Ahok! Jangan pernah patah arang untuk membawa kebaikan bagi negeri ini. Buat para Ahok-ers, tetap semangat berjuang menyuarakan kebenaran di negeri ini. Tetap didiklah anak-anak dan generasi muda kita untuk bertindak benar, sekalipun terkadang risikonya besar dan sulitnya luar biasa. Dan … buat para pelanggar hukum yang belum tersentuh, semoga giliran kalian segera tiba.

    By the way … apa kabar password anggaran APBD-nya? Bukankah salah satu password-nya masih dipegang Pak Ahok? Usulan saya, tutup mulut saja, Pak Ahok biar pada kapok tuh para begundal yang ingin mengutak-atik APBD!

    Terakhir, saya ingin mengutip cuitan komika Soleh Solihun lewat @solehsolihun: “Buat saya, bapak tetap gak bersalah!” -> Saya “retweet”-kan di sini ya, bang, biar tambah banyak yang baca!

    Sekian. Salam perjuangan demi tegaknya kebenaran dan NKRI!

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Bersatu NKRI - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -