• Posted by : admin Biyernes, Mayo 12, 2017


    Saat Jakarta sedang bergemuruh karena hakim memberikan vonis 2 tahun penjara terhadap Ahok, lebih berat dari tuntutan jaksa, Presiden masih dalam rangkaian kunjungan kerja di luar pulau Jawa.

    Selama 5 hari, Presiden mengunjungi Aceh, Kalimantan Selatan, Maluku Utara dan terakhir Papua. Dimulai pada Sabtu 6 Mei dan berakhir Rabu 10 Mei. Sementara Ahok divonis pada hari Selasa, 9 Mei. Tak banyak yang bisa Presiden katakan, di tengah-tengah kunjungan yang melelahkan tersebut, Presiden hanya menyampaikan, meminta semua pihak untuk menghormati proses hukum.



    Foto di atas adalah foto Presiden saat berada di Papua, siang hari, detik-detik jelang vonis kasus Ahok. Dalam perjalanan menuju Pos Lintas Batas Negara Terpadu Skouw di Distrik Muara Tami, Jayapura, Presiden dan rombongan sempat berhenti sejenak untuk makan siang di Rumah Makan Harangan Bagot.

    Setelah makan siang, Presiden menyempatkan diri untuk menunaikan shalat jama’ taqdim di mushala yang masih jadi bagian dari lokasi rumah makan. Raut wajahnya datar, antara kelelahan atau ada beban pikiran yang begitu besar.

    Tak ada banyak kata yang disampaikan di waktu istirahat ini, semuanya berjalan sangat tenang. Setelah melepas sepatu dan kaos kakinya, Presiden berganti dengan sandal ala swalow, dan kemudian berbegas mengambil wudu’. Setelah itu langsung masuk ke dalam mushala sederhana berdinding kayu.

    Hari ini saya baru sadar, bahwa siang itu, saat Presiden shalat jama’ taqdim, saat Jokowi sedang bersujud pada sang Maha Pencipta, saat Presiden memanjatkan doa yang cukup lama, saat itulah Ahok divonis hukuman 2 tahun penjara. Sepertinya sampai sekarang pun jarang ada orang yang menyadari hal ini, meskipun di akun facebooknya, Presiden mengupload foto sedang melepas kaos kaki. Sebuah simbol komunikasi yang luar biasa yang gagal dipahami oleh publik.

    Akun facebook yang merupakan saluran komunikasi pribadi Presiden dan paling aktif dibanding akun sosial media lainnya, Presiden menunjukkan sebuah cara komunikasi yang sangat beretika.

    Seharusnya rakyat Indonesia sadar, terutama pendukung fanatik Ahok yang sekarang menyalah-nyalahkan Jokowi, bahwa Presiden juga ikut berduka atas matinya keadilan di Indonesia. Kalau melihat cara komunikasi yang menunjukkan sedang berada di mushala, sepertinya Presiden sudah memprediksi bahwa Ahok akan divonis 2 tahun. Dan dalam kondisi seperti itu, seorang Jokowi hanya bisa berserah kepada Tuhan, meminta dan berdoa yang terbaik untuk bangsa ini.



    Jokowi itu bukan kita yang bisa bebas berekspresi. Beliau adalah Presiden Indonesia, jadi sesedih-sedihnya, semarah-marahnya atas matinya keadilan di negara kita, beliau tidak bisa secara terbuka mengatakannya. Hanya mengirimkan pesan bahwa di saat yang bersamaan, saat hakim menjatuhkan vonis 2 tahun penjara pada Ahok, saat itu Presiden sedang berserah kepada Tuhan. Ya Allah, berat sekali beban mu Pak.

    Saya juga memperhatikan akun facebook Presiden yang sama sekali tidak mengupload foto sedang mengendarai motor trail dan Bu Iriana sedang memayunginya bak umbrella girl. Padahal foto dan berita tersebut begitu viral di media sosial, diberitakan di hampir semua media mainstream.

    Saat saya tanya kepada tim komunikasi Presiden, mengapa foto yang begitu viral tersebut tidak diupload? Atau kenapa vlog Presiden yang sedang mengendarai motor trail di jalan Trans Papua itu tidak diangkat di facebook Presiden? Jawabannya adalah karena memang itu atas permintaan Presiden.

    Saat rombongan kembali ke Jakarta, tepat setelah landing, Presiden meminta kepada tim komunikasinya untuk tidak mengupload foto ataupun video trailnya di facebook, meskipun di media lain sudah viral.

    Sampai di sini saya terhenyak. Luar biasa empati seorang Presiden terhadap Ahok. Sementara di kubu sebelah, malah tumpengan dan merayakan dipenjaranya Ahok. Sangat jelas perbedaan antara manusia dan muslim yang kaaffah, dengan manusia yang tak punya hati dan tak menjalankan ajaran Islam dengan baik.

    Tapi, meskipun begitu, ternyata masih ada pendukung Ahok, atau pendukung wowo yang menyusup, yang kemudian menyalah-nyalahkan Presiden Jokowi. Bahkan ada yang menyebut Jokowi lebih buruk dari SBY. Cuih!

    Mari buka mata, buka hati, bersikaplah lebih peka. Presiden sudah menunjukkan empati yang luar biasa. Beban seorang Presiden berat sekali. Kalau kita saja begitu sedih dengan dipenjaranya Ahok, bagaimana dengan Jokowi? yang merupakan teman seperjuangan saat masih di Jakarta. Beliau pasti sedih juga, tapi semua kesedihan tersebut beliau simpan sendiri, sambil terus bekerja, bekerja dan bekerja.



    Terakhir dari saya, anda boleh saja kecewa, marah dan sedih karena Ahok dipenjara. Tapi menyalahkan Jokowi, mengancam golput dan kemudian ingin menyerbu istana, sepertinya kalian sudah terjebak dalam permainan lawan. Karena memang itulah yang diinginkan oleh lawan kita. Itulah yang diinginkan oleh ulama mesum yang sekarang kabur ke luar negeri. Itulah yang diinginkan oleh capres dan cawapres abadi yang kalah terus. Sebab kalau kita terpecah, golput, atau tidak percaya lagi dengan pemerintahan Jokowi, maka secara otomatis kubu pemelihara kuda titisan orde baru, yang bergaul dengan kelompok radikal dan teroris itulah yang akan menguasai negeri ini…

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Bersatu NKRI - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -