• Posted by : admin Miyerkules, Mayo 10, 2017


    Kecewa itu wajar, akan tetapi larut dalam kedukaan secara terus-menerus justru tidak akan menyelesaikan polemik yang terjadi. Maka dalam hal ini, usaplah air mata, mari berdiri, beranjak, bangkit dan melawan.

    Kita semua tahu, vonis yang dijatuhkan pada Basuki sungguh sebuah ketidakadilan dan Basuki pun tentu tahu kalau keputusan hakim terhadap dirinya adalah keliru, yang tidak sesuai dengan fakta dilapangan. Namun yang harus kita tahu, bahwa Basuki tidak merengek-rengek, tidak pula ia mencela keputusan atas vonis yang menimpa dirinya. Dia tampak tegar, karena dia yakin bahwa suatu saat kebenaran itu akan terungkap, dan kebatilan akan tumbang.

    Politik identitas agama memang sangat menjijikan, apa yang menimpa Basuki adalah bagian dari permainan politik identitas yang dilakukan lawannya bersama ormas fundamental. Semua itu tak lain hanya untuk dominasi kekuasaan. Bumi Indonesia yang kita cintai bersama ini, isi nya sangat cukup untuk kita nikmati bersama, tetapi tidak akan cukup untuk dinikmati oleh satu orang yang serakah, apalagi orang tersebut sudah berpuluh jumlahnya. Maka nafsu-nafsu kekuasaan adalah untuk mewujudkan keserakahan mereka.

    Lalu, apakah kita akan menguraikan air mata terus menerus? Tentu tidaik! Kita mesti bangkit kembali, kita harus “lawan”. Keputusan hakim dalam menjatuhkan vonis kepada Basuki, cukup menjelaskan kepada kita bahwa harapan kepada hukum itu sendiri untuk mencari keadilan telah tumbang. Lalu, apakah kita akan tunduk dan mendiamkannya? Tentu tidak! Jika kita berdiam diri dan larut dalam kedukaan maka “mereka” akan semakin mudah untuk menguasai negeri ini.

    Maka lantangkanlah suara untuk mendukung Negara agar segera tangkap dan adili Rizieq Shihab dan orang-orang yang sejenis dengannya. Karena kekacauan Negara saat ini adalah keserakahan mereka memainkan isu SARA. Basuki tidak pernah mundur, saat di demo, difitnah, dituding, dicela, dia tetap melawan dan tetap berani katakan “tidak”, bahkan saat dijebloskan ke dalam penjara, wajahnya tetap tampak tegar. Bahkan dari balik jeruji penjara, dia mengirimkan surat yang dibawa istrinya dan meminta para pendukungnya untuk pulang ke rumah.

    Hal ini menunjukkan, bahwa Basuki tahu, masih banyak yang harus kita kerjakan, masih banyak yang harus kita lakukan, masih banyak yang harus kita perjuangkan. Maka usaplah air mata, mari berdiri dan bersatu untuk “lawan” kelompok fundamental, radikal, extrimis. Mari kita dukung Negara untuk segera usut tuntas kasus-kasus “mereka” kelompok fundamental.


    Kenapa kalian salahkan Jokowi, atas vonis Basuki?
    Jokowi dan Basuki memang seperti tidak bisa dipisahkan, sebab ini bukan sekedar figur, tapi keduanya harapan untuk keadilan dan perubahan Indonesia. Namun pantaskah kita menyalahkan Jokowi dalam kasus Basuki? Tidak. Tidak sesederhana itu.

    Jokowi adalah presiden dan hukum adalah hukum, maka Jokowi sebagai presiden tidak bisa mengintervensi hukum. Presiden memang harus netral. Yang ada dilapangan justru bukan Presiden melainkan intimidasi massa. Justru intimidasi massa ini yang dapat berpengaruh terhadap keputusan.

    “Mereka” saat ini sedang memunculkan opini bahwa “semua salah Jokowi”. Hal ini tentu bertujuan agar rakyat kembali lagi terpecah, dimana puncaknya pada Pilpres 2019 nanti. Mari kita berpikir jernih, karena yang dibidik mereka adalah syaraf kepala. Perjuangan tidak bisa instan, masa Jokowi langsung dicap lembek karena Basuki dipenjara.

    Mana ada rezim sebelumnya yang berani bubarkan ormas seperti HTI, kecuali rezim saat ini. Mana ada rezim sebelumnya yang berani memukul rata harga BBM sampai ke Papua. Dan banyak lagi yang telah dilakukan Jokowi. Jadi tidak perlu lah untuk menjadi Salawi dalam kasus Basuki. Kita semua kecewa dengan keputusan hakim, tapi diam-diam disana “mereka” tetap mengintai dan memperhatikan kita, lalu mereka memunculkan opini agar Jokowi yang disalahkan.

    Sementara kita semua tahu, bahwa target mereka adalah merebut dominasi kekuasaan di tangan Jokowi. Maka taktik kolonial yang mereka lakukan kepada Basuki, tentunya juga akan dilakukan pada Jokowi yaitu “Pecah-Belah Kuasai” . Dengan demikian sudah saatnya yang mencintai NKRI untuk bersatu, untuk tetap menjaga kewarasan serta tetap merapatkan barisan.

    Mari bersuara dukung Jokowi, dukung negara untuk segera tangkap Rizieq Shihab dan adili begitu juga mereka yang hendak mendirikan khilafah di negeri pancasila, segera bubarkan ormas ataupun kelompok pemecah belah bangsa. Dan bersatu serta tetap jaga kewarasan.

    Perjuangan tidak bisa selesai dengan berlarut-larut dalam kesedihan, ataupun terjebak oleh siasat mereka untuk saling tuding.

    Basuki adalah salah satu contoh pejuang saat ini yang selalu tegar dan “melawan”. Mari kita wujudkan untuk Indonesia yang berkeadilan.

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Bersatu NKRI - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -