• Posted by : admin Miyerkules, Mayo 10, 2017


    Perjalanan bertahun-tahun Indonesia setelah kemerdekaannya di tanggal 17 Agustus 1945 mendatangkan puji syukur segenap rakyat Indonesia karena terbebas dari kolonialisme Belanda. Tanggal itu merupakan titik tolak berdirinya bangsa yang mandiri secara ideologi dan konstitusi. Di saat sang Proklamator, Presiden Soekarno, membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia, segenap rakyat menyambut dengan bersorak, merdeka! merdeka! merdeka! Itulah pekik kemenangan, kebebasan, dan kedaulatan rakyat yang telah bersama-sama merasakan arti dari suatu nilai perjuangan, kesehatian, dan sepenanggungan. Semangat yang berkobar saat itu adalah gambaran jiwa terbakar untuk memenangkan suatu perjuangan tanpa memperhatikan suku, agama, dan ras seseorang yang sedang berjuang di sampingnya. Mereka sehati, sepikir, dan bersama-sama bertindak merebut kebebasan dari penjajahan. Tak ada lain.

    Memutar kembali peristiwa tersebut, membuat hati dan pikiran bangga atas perjuangan segenap rakyat Indonesia kepada kemerdekaan. Bahkan bila harus menangis mengingat setiap pejuang gugur di medan pertempuran demi satu kata: Merdeka! Itu pantas dinyatakan sebagai suatu seruan terima kasih.

    Hari ini, hampir genap 72 tahun Indonesia merdeka, ingatan generasi penerus tentang torehan sejarah para pendahulu yang telah menetapkan dasar negara nyaris tak berbekas. Faktanya, menyebut isi Pancasila membutuhkan waktu lebih lama dari seorang anak murid kelas 1 menyebutkan huruf alfabet dari a sampai z. Adapula berbicara di depan publik dengan susunan tata bahasa tercampur baur dalam penggalan-penggalan bahasa asing. Keadaan ini sedikit banyak menyiratkan bahwa ideologi dan budaya Indonesia mengalami pergerakan menurun, yaitu kurangnya rasa cinta tanah air.

    Semangat cinta tanah air atau nasionalisme tersebut ternyata berbanding lurus dengan keadaan Indonesia pada 2 tahun lalu. Banyaknya daerah yang belum teraliri listrik, pembangunan infrastruktur di desa dan daerah kepulauan yang belum maksimal, dan lainnya. keadaan itu dapat dikatakan mencerminkan nilai dari semangat cinta tanah air. Semangat cinta tanah air sejatinya berguna untuk membangun negara dalam setiap aspeknya. Namun, selama hampir 72 tahun Indonesia merdeka pembangunan negara di setiap aspeknya baru terlihat bergerak membaik di dua tahun terakhir ini. Pengaliran listrik ke berbagai wilayah nusantara telah berjalan baik, pembangunan jalan dan fasilitas umum dan kesehatan bergerak positif, dan lainnya. Mengetahui hal ini rakyat Indonesia patutlah bersyukur dalam dua tahun belakangan ini karena masih adanya pejuang-pejuang dengan semangat cinta tanah air bekerja membangun negara. Salut!

    Lalu apa yang telah terjadi selama 70 tahun sebelumnya? Apapun yang dikerjakan dengan semangat akan menghasilkan karya dan apapun yang dikerjakan tanpa semangat tidak akan menghasilkan apa-apa. Indonesia telah lebih dulu memproklamirkan kemerdekaannya 20 tahun lebih awal dari Singapura dan secara matematis saat ini Singapura harus mengakui Indonesia lebih maju darinya. Kenyataannya, malah sebaliknya.



    Saat ini, Indonesia tengah berbenah diri mengatur kembali sistem pemerintahan yang telah lama idle dan menyebabkan perangkat-perangkat pendukung lainnya tidak bergerak secara maksimal dan ,eninggalkan karat dan menimbulkan kerusakan, layaknya mesin kendaraan hidup sejak pagi hingga malam hari tanpa digunakan.

    Namun, di tengah pergerakan positif ini, salah satu perangkat pendukung, yakni keadilan belum dapat bergerak maksimal di Indonesia. Ini dimungkinkan tidak nampaknya rakyat yang memiliki semangat cinta tanah air untuk membangun negara. Namun, seseorang yang diharapkan mampu membawa api semangat cinta tanah air telah dibungkam oleh kaum yang mengusung ideologi asing diluar ideologi Pancasila.

    Saudara-saudaraku, mengetahui hal ini apakah kita akan tetap duduk diam dan mengamati situasi apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah kita ingin membangun Indonesia dan menjadi bangga tinggal di dalamnya? Apa yang akan terjadi bila Pancasila yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu dengan nyawa dan air mata berakhir tergantikan ideologi asing yang tidak mengutamakan kesatuan rakyatnya? Apakah kita akan berdiam menunggu dan tersadar kelak bahwa kebebasan telah direnggut?

    Beberapa tahun dari sekarang, kita mungkin akan melihat Rumah Sakit menjadi fasilitas mewah dan tidak lagi terjangkau oleh kaum marjinal, pengambilan lahan secara paksa terjadi dimana-mana, bahkan mungkin satu anggota keluarga kita ‘hilang’ karena mendengungkan semangat cinta tanah air. Apakah itu yang kita inginkan kelak? Saat ketidakadilan dan ketidakbenaran terlihat di sekeliling kita, maka untuk itu hanya ada satu kata: Lawan!

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Bersatu NKRI - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -