• Posted by : admin Martes, Mayo 2, 2017


    Tanggal 1 Mei adalah Hari Buruh dan sudah kebiasaan setiap tanggal 1 Mei, para buruh selalu mengadakan demo. Sebenarnya tidak ada masalah buruh melakukan demo karena itu adalah hak mereka yang dilindungi oleh hukum, namun khusus demo tahun ini benar-benar paling aneh dibandingkan demo buruh sebelumnya karena para buruh tersebut melakukan pembakaran karangan bunga yang dikirimkan warga Jakarta kepada Ahok Djarot.

    Awal mulanya, ratusan buruh yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Logam Elektronik dan Mesin (FSPLEM) bergerak dari arah barat Jalan Medan Merdeka Selatan. Ketika rombongan buruh ini melewati jalan di depan Balai Kota DKI, mobil komando berhenti. Setelah itu, orator yang berada di dalam mobil komando memerintahkan para buruh yang ikut berdemo untuk mengumpulkan papan karangan bunga yang ada di halaman luar Balai Kota dan taman yang berada diantara dua ruas Jalan Medan Merdeka Selatan ke tengah jalan yang berada di depan gedung Balai Kota. Setelah para buruh mengumpulkan karangan bunga dan menumpuknya di jalan, disertai dengan penginjakan oleh para buruh terhadap karangan bunga tersebut, orator memerintahkan para buruh untuk membakar karangan bunga dengan alasan karangan bunga itu telah membuat Balai Kota dan Kota Jakarta kotor.
    “Teman-teman, kita awali May Day ini dengan bersih-bersih Balai Kota. Karena Balai Kota ini sudah dikotori oleh karangan bunga yang tidak penting. Karangan bunga ini sudah mengotori Balai Kota, maka harus dibersihkan. Tolong kumpulkan karangan bunga itu di tengah jalan, lalu bakar"
    Setelah orator itu selesai bicara, ada seseorang yang membawa bensin dan menyiramkan bensin tersebut ke karangan bunga yang telah ditumpuk di jalan tersebut dan membakarnya. Karena sudah disiram bensin, tumpukan karangan bunga itu denga mudahnya terbakar

    Benar-benar aneh, apa urusan demo dengan karangan bunga? Apakah kesalahan karangan bunga tersebut sampai para buruh membencinya? Karangan bunga itu adalah bentuk terima kasih warga Jakarga kepada pemimpinnya yang sebentar lagi akan berhenti melayani mereka, apa itu membuat mereka tersinggung? Sejak kapan urusan kebersihan menjadi urusan para buruh? Apa buruh itu tergabung dalam PPSU? Dan lebih aneh lagi, kalau tujuannya murni demo, kenapa ada yang membawa bensin segala? Lagi-lagi, apa hubungannya demo dengan membawa bensin? Makin dipikirkan, makin besar kecurigaan bahwa demo buruh ini telah disusupi agenda politis, persis sama dengan demo tiga angka sakral sebelumnya.

    Saya sempat bertanya-tanya, apakah para buruh ini termasuk golongan bumi datar? Apakah mereka lupa kalau selama Jakarta dipimpin Jokowi dan diteruskan oleh Ahok, kenaikan upah buruh jauh lebih besar daripada di bawah kepemimpinan Fauzi Bowo? Berarti mereka tidak berbeda dengan golongan Islam radikal yang menutup mata kalau Ahok banyak membangun masjid di Jakarta dan menaikkan derajat kaum miskin yang mayoritas beragama Islam. Sulit dibantah kalau demo buruh kali ini tidak disusupi agenda politik.

    Setelah aksi pembakaran tersebut selesai, terjadi hal yang tidak terduga. Sekitar jam 4 sore, tiba-tiba di daerah sekitar demo dan pembakaran karangan bunga tersebut turun hujan deras dan angin yang cukup kencang. Ini termasuk kejadian yang agak aneh, karena Jakarta sudah lama tidak turun hujan, apalagi hujan sederas ini. Bahkan beberapa orang mengatakan kepada saya, hujan deras hanya terjadi di daerah demo dan pembakaran karangan bunga tersebut, sedangkan daerah Jakarta lainnya hanya mengalami hujan ringan saja. Para buruh pun memanfaatkan karangan bunga Ahok Djarot untuk memayungi mereka dari guyuran hujan yang deras itu. Sejumlah karangan bunga terlihat jadi terpal dadakan buat para buruh.




    Orator yang berada di atas mobil komando meminta peserta aksi tetap semangat meski harus basah kuyup karena hujan deras. Enak aja orator ini, dia sih aman saja dari basah kuyup karena ada di dalam mobil, para buruh di luar itu yang kena hujan angin. Akhirnya, sebagian besar buruh memilih pulang. Yang tidak pulang pun memilih untuk berteduh di dekat lokasi demo.

    Ketika saya mengetahui para buruh itu membakar karangan bunga persembahan rakyat Jakarta kepada Ahok, saya merasa marah dan sedih. Betapa kejinya mereka. Namun sekarang saya hanya bisa terdiam. Bahkan alam pun mendukung Ahok dan menampar para buruh yang bertindak kurang ajar itu. Para buruh itu awalnya menghina, menginjak-injak dan membakar karangan bunga persembahan rakyat Jakarta untuk Ahok, tapi kemudian menjunjung tinggi karangan bunga Ahok tersebut sebagai perlindungan mereka terhadap hujan. Bukankah itu berarti menjunjung tinggi nama Ahok dengan meletakkan papan karangan bunga di atas kepala mereka? Benar-benar ironi kan? Sesuatu yang tadinya mereka anggap sampah yang layak diinjak dan dibakar, pada akhirnya dijunjung setinggi-tingginya di atas kepala mereka.

    Di saat itulah tiba-tiba saya sadar, kejadian yang mirip juga pernah terjadi. Saya ingat kalau beberapa tahun lalu, Ahok pernah berusaha mencalonkan diri menjadi calon Gubernur Sumatera Utara namun malah dianggap angin lalu oleh rakyat Sumatera Utara. Jangankan maju Pilkada Sumatera Utara, jadi calon saja gagal. Dan apa yang terjadi sekarang? Setelah Ahok dipastikan kalah dalam Pilkada DKI, yang terjadi malah ada warga dari beberapa propinsi di Indonesia meminta Ahok menjadi calon gubernurnya. Dan bisa ditebak, salah satunya adalah Sumatera Utara yang pernah membuang Ahok.


    Warga Sumatera Utara sudah muak dengan pemimpinnya yang selalu jadi pelanggan tetap KPK dan lapas koruptor. Warga Sumatera Utara akhirnya sadar bahwa mereka sebelumnya telah membuang emas dan menggantinya dengan besi berkarat, dan sekarang mereka berusaha merebut emas itu kembali. Sedangkan besi berkarat yang dulunya mereka pilih, silahkan siapa pun boleh ambil, mereka sudah tidak peduli dengan besi karatan, mereka mau minta kembali emas yang dulu pernah mereka buang.

    Setelah kejadian ini, saya semakin yakin apa yang pernah saya tulis di artikel saya sebelumnya akan menjadi kenyataan. Seperti warga Sumatera Utara yang menyesal telah menukarkan emas dengan besi berkarat dan saat ini berusaha merebut emas itu kembali, rakyat Jakarta akan mengalami penyesalan yang sama persis, bahkan mungkin penyesalannya akan lebih besar karena sudah pernah pernah merasakan hasil kerja Ahok dan gubernur terpilih saat ini ternyata tidak bisa bekerja seperti Ahok. Sedangkan Ahok? Ahok itu bagaikan emas, sampai kapan pun emas tidak akan pernah berkarat dan akan selalu dihargai oleh orang yang mengerti betapa berharganya emas itu. Dalam Pilkada DKI, Ahok tidak rugi, yang rugi adalah warga Jakarta yang memilih besi berkarat. Jadi sebelum warga Jakarta benar-benar menyesalinya, saya ucapkan selamat berbahagia atas besi karatannya.

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Bersatu NKRI - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -