Posted by : admin
Sabado, Abril 29, 2017
Di dalam wawancara dengan wartawan, calon wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno berencana untuk melibatkan mantan kepala daerah di Jakarta dalam sebuah forum bernama Rembuk antar-gubernur dan wakil gubernur. Mantan gubernur yang dikumpulkan tersebut diharapkan untuk dapat memberikan masukan-masukan demi kemajuan warga Jakarta.
“Iya dong, kan menjadi salah satu kemajuan ke depan. Karena Pak Basuki dan Pak Djarot bagian dari 5 tahun. Terutama Pak Basuki ya. Masukan-masukan beliau juga akan jadikan sebagai saran. Antara gubernur dan wakil gubernur formatnya akan kita bicarakan,” – Sandiaga Uno
Pertarungan yang begitu keras dan perpecahan antar pendukung terasa kental, bahkan belum reda pasca-pilkada usai. Rekonsiliasi menjadi tuntutan yang harus dipenuhi oleh pasangan calon yang memenangkan pilkada. Agar masyarakat tak semakin terpecah belah, persatuan bangsa perlu dipupuk kembali.
Kita melihat bahwa adanya urgensi dan ketakutan dari Sandiaga. Hal ini mungkin saja dilakukan karena ketakutannya terhadap ekspektasi para warga Jakarta yang sudah menjadi tinggi. Ekspektasi yang tinggi diharapkan oleh rakyat, karena keberadaan Pak Ahok dan segala pelayanan prima yang sudah dijalankan oleh gubernur dan wakil gubernur aktif saat ini bersama Pak Djarot.
Sandiaga mungkin sudah mulai khawatir dengan terpilihnya dirinya dan Anies memimpin Jakarta tahun 2017-2022. Melihat kekhawatiran Sandi, tentu kita sebagai pembaca harus berpikir positif. Sandiaga Uno mulai memiliki rasa tanggung jawab yang mulai menghantuinya. Namun apa kabar dengan Anies? Di manakah Anies sekarang setelah kemenangannya? Apakah Anies sekarang sedang konsolidasi internal dengan partai pengusun dan Prabowo?
“Bu Sylvi sahabat lama saya dan Pak Djarot juga. Ini bagian dari membangun komunikasi karena Jakarta terekonsiliasi dengan cepat dan makin sering pertemuan antara tim dan pimpinan, akan menghadirkan situasi yang lebih kondusif,” kata Sandi
Sandiaga Uno yang mulai khawatir akan hari esok, justru memiliki peluang lebih besar untuk mengayomi warga Jakarta. Sandi lebih berpeluang untuk disukai oleh warga Jakarta, ketimbang Anies Baswedan. Pemberitaan media massa memperlihatkan bahwa Sandiaga Uno lebih banyak menunjukkan sikap positif dan proaktif.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) bernama Masinton Pasaribu menilai bahwa penting sekali bagi setiap masyarakat Indonesia, khususnya warga DKI Jakarta untuk memberikan keyakinan yang jelas, bahwa Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan unsur perekat bangsa yang tidak bisa ditawar lagi, bukan Khilafah seperti yang didengung-dengungkan oleh HTI dan ormas-ormas radikal.
Kita sebagai warga Jakarta tentu harus fair di dalam menilai setiap kinerja. Meskipun belum menjabat, kita sudah melihat bagaimana persiapan Sandiaga Uno di dalam melakukan hal-hal yang terkait dengan jabatannya yang akan diterima sebagai wakil gubernur. Lagi-lagi pertanyaan masih tetap muncul di benak kita semua. Di manakah engkau, Anies?
“Sebagai mantan gubernur, harus memastikan masukan-masukan beliau kami jadikan sebagai referensi….Bu Sylvi juga katanya mau meluncurkan buku tentang perjalanan dia selama bergerilya di Jakarta, jadi dia ingin bercerita saja. Kebetulan saya sudah kasih testimoninya dan kita doakan Bu Sylvi dan Pak Djarotsukses,” – Sandiaga Uno
Sebenarnya inti dari tulisan ini adalah bagaimana kita melihat perbedaan kualitas antara Anies dan Sandi. Seteah memenangkan pilkada DKI putaran kedua, Anies selama ini tidak muncul di pemberitaan media mainstream. Terakhir kali pemberitaan yang ditulis mengenai Anies, kita melihat Anies lagi-lagi inkonsisten mengenai dana CSR.
CSR (corporate social responsibility) adalah suatu keputusan strategis perusahaan untuk bertanggung-jawab atas dampak dari keputusan yang diambil dan dampak dari kegiatan bisnis yang dilakukan, dan yang dapat berkontribusi pada pencapaian keadilan sosial.
Awalnya Anies sempat mengomentari kebijakan Ahok mengenai penggunaan dana CSR untuk proses bedah rumah, menjadi sebuah hal yang terkesan terburu-buru dilakukan demi kampanye Ahok Djarot. Namun pada akhirnya Anies harus setuju penggunaan dana CSR. Ini merupakan sebuah inkonsistensi yang terakhir dikabarkan.
Melihat bagaimana kekhawatiran Sandiaga Uno mengenai hari depan yang begitu abu-abu dan buram yang diembankan kepada dirinya dan Anies Baswedan, kita seharusnya sadar bagaimana tidak siapnya mereka di dalam memimpin Jakarta. Memimpin Jakarta tidak semudah memimpin perusahaan, sebesar apapun. Karena warga bukanlah pekerja, melainkan bos kita. Anies dan Sandi sekarang sudah tercebur dalam ke dalam lubang hitam yang bernama “ekspektasi warga”.
Hal ini seharusnya menjadi pembelajaran yang sangat mahal dari Anies Sandi, karena taruhannya adalah warga Jakarta. Ketidaksiapan Anies Sandi dalam memimpi Jakarta, seharusnya tidak terjadi jika para pendukungnya tidak membangun isu SARA untuk menyebarkan kebencian.
Betul kan yang saya katakan?