• Posted by : admin Lunes, Mayo 15, 2017


    Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan ke Beijing Tiongkok untuk menghadiri KTT Jalur Sutera dengan beberapa negara lainnya. Dalam kunjungan ke Tiongkok, Jokowi menyempatkan diri untuk mengunjungi Masjid Niujie, Masjid tertua dan terbesar di Beijing. Jokowi akan bertemu dengan Imam Masjid, Ketua Asosiasi Islam Tiongkok dan tokoh muslim.
    Dalam kunjungan ke Masjid Niujie, Jokowi mendapatkan beberapa penjelasan mengenai perkembangan dan kehidupan umat muslim di Tiongkok. Jokowi mengaku kaget ketika Imam Masjid Niujie menjelaskan bahwa ada sebanyak 23 juta penduduk Tiongkok yang memeluk agama Islam. Dari imam Masjid Jokowi juga menemukan fakta bahwa hubungan Indonesia dan Tiongkok sudah terjalin cukup lama.
    “Hubungan antara Tiongkok dan kita (Indonesia) itu sudah cukup lama. Itu yang diinformasikan oleh bapak imam masjid,” ujar Jokowi usai mengunjungi Masjid Niujie yang merupakan masjid tertua di Beijing, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Minggu (14/5/2017).
    “Ternyata hubungan dengan Tiongkok dimulai pada abad 15 lalu ketika muslim China berdagang, mendarat di Lasem, di Palembang,” kata Jokowi.
    Jokowi juga tidak habis-habisnya mengagumi keindahan dan kemegahan Masji yang dibangun pada tahun 966 M di masa Dinasti Liao (916-1125). Dalam kesempatan ini, Jokowi juga menyerahkan kaligrafi surat Al-Fatihah khas Mushaf Nusantara, Selain itu Presiden juga menyerahkan kopiah, dan sarung untuk mengenalkan tradisi dan kekhasan Islam Indonesia.
    Presiden Jokowi sendiri tentu punya alasan khusus mengapa perlu mengunjungi masjid tersebut saat kunjungannya ke Tiongkok. Jokowi sangat jarang atau bisa dikatakan hampir tidak pernah melakukan sebuah kunjungan tanpa sebuah pesan dan makna. Selalu ada sebuah pesan yang ingin disampaikan baik secara tersurat, maupun secara tersirat.
    Lalu apa pesan yang bisa kita tarik dari kunjungan Jokowi ke masjid tertua dan terbesar di Beijing tersebut?? Berikut adalah pesan yang bisa kita ambil..
    ISLAM TUMBUH PESAT DI TIONGKOK
    Jokowi mendapatkan info dari imam masjid bahwa jumlah muslim di Tiongkok ada 23 juta penduduk. Jumlah yang tentunya tidak sedikit dan menunjukkan bahwa perkembangan muslim tidak dihambat dan tidak ada mengalami diskriminasi. Apalagi saat ini, terdapat 70 masjid yang tersebar di Beijing. Total keseluruhan masjid 34 ribu masjid. Terdapat juga 56 ribu imam dan jumlah asosiasi Islam dari tingkat ke kabupaten ke atas ada 7.000.
    Selain itu Jokowi juga terlihat senang atas perhatian pemerintah tiongkok yang memberikan dukungan dan ruang bagi umat Muslim dari Indonesia untuk beribadah.
    Melalui penjelasan ini, Jokowi mendapatkan sebuah informasi penting yang sebenarnya juga menjadi sebuah pencerahan bagi kita juga, bahwa di Tiongkok, muslim mengalami dukungan dan ruang untuk beribadah. Bahkan kalau melihat pertumbuhannya yang sangat pesat, Tiongkok menunjukkan diri tidak anti Islam.
    Sebuah penjelasan yang seharusnya membuat mata hati kita terbuka dan mulai melihat Tiongkok dengan lebih objektif. Apalagi isu Tiongkok di Indonesia ini selalu menjadi isu panas. Teriakan anti aseng dan anti cina menjadi sebuah slogan yang terus dikumandangkan oleh mereka yang rasis dan tidak toleran.
    Padahal kalau melihat bagaimana Islam diperlakukan dengan baik di Tiongkok, bukankah kita juga seharusnya memperhatikan orang Tiongkok juga dengan baik?? Tidak perlu merasa terancam dan merasa negara akan diambil alih oleh orang cina. Ketakutan yang tidak berdasar dan mengada-ada, tetapi nyata dialami oleh para elit politik kita.
    Sampai-sampai masalah kerja sama dengan Tiongkok pun dibuat panas hanya karena phobia tidak berdasar. Parahnya, phobia akut mereka tersebut malah seperti diperolok oleh Raja Arab Saudi yang melakukan kerjasama dengan pemerintahan Tiongkok. Fakta yang membuat mereka bungkam, tetapi karena memang sudah sakit, kembali teriak-teriak anti cina.
    Kalau Tiongkok begitu memperhatikan WNI dan umat muslim bertumbuh pesat disana, apakah alasan kita lagi untuk membenci mereka??
    MASJID NIUJIE, SIMBOL ISLAM AGAMA RAMAH
    Jokowi menyebut bahwa keindahan dan kemegahan Masjid Niujie ini menunjukkan gambaran dan cerminan Islam yang ramah, Islam yang hadir membawa keramahan, bukan kemarahan.
    “Simbol kehadiran Islam sebagai agama yang ramah, toleran, dan damai,” ujar Jokowi melalui siaran pers Istana Negara, Ahad (14/5).
    Pernyataan Jokowi ini tentu saja merupakan sebauh refleksi yang sangat dalam mengenai keIslaman. Jokowi sangat memegang teguh prinsip ke-Islaman yang ramah, toleran, dan damai. Itulah mengapa Islam yang tidak seperti itu, tidak pernah dapat tempat dan pengakuan bagi Jokowi.
    Jokowi jelas tidak pernah mengakui ormas Islam yang tidak ramah, tidak toleran, dan tidak damai. Itulah mengapa, FPI dan kroni-kroninya tidak pernah diundang ke Istana Merdeka jika Jokowi mengumpulkan ormas-ormas Islam atau para pemuka agama Islam. Tokoh dari ormas intoleran tersebut tidak pernah akan diundang.
    Apa pesan yang bisa kita tarik dari refleksi Jokowi tersebut?? Sederhana saja, mari kita tunjukkan bahwa Masjid terbesar kita, Masjid Istiqlal juga adalah sebuah simbol Islam ramah, toleran, dan damai. Sebuah makna dan pesan yang sudah tidak lagi menjadi cerminan Istiqlal.
    Ya, Istiqlal kini seperti menjadi cerminan Islam yang marah, intoleran, dan anti kedamaian. Setiap aksi demo besar-besaran berkedok agama tetapi mengumbar kebencian, sumpah serapah, dan terindikasi disusupi aksi makar, selalu pusat berkumpulnya adalah Masjid Istiqlal. Padahal, Masjid ini punya sejarah besar dan agung sebagai sebuah simbol toleransi.
    Semuanya kini mulai pudar dan ternodai oleh aksi-aksi politik yang dibungkus dalam kemasan agama. Tidak tahu sampai kapan, tetapi saya meyakini Masjid Istiqlal akan kembali menjadi pusat pergerakan atau pusat berkumpulnya aksi ormas Islam yang pemarah, intoleran, dan anti kedamaian. Miris dan sangat menyedihkan.
    Dua refleksi Jokowi ini harusnya menjadi sebuah pesan yang harus terus kita endapkan dan perjuangkan bersama-sama. Jangan kalah dengan Tiongkok yang memberikan dukungan dan ruang bagi Islam disana, kita pun juga harus berikan dukungan dan ruang bagi kaum minoritas di Indonesia.
    Kita juga jangan kalah merefleksikan Islam yang ramah, toleran dan damai. Jangan sampai, Indonesia lebih dikenal Islam Marah, Intoleran, dan anti kedamaian. Padahal jumlahnya hanya sedikit, tetapi karena yang banyak hanya diam dan bungkam, malah yang sedikit ini yang merajalela dan mengklaim mewakili umat Islam seluruhnya.
    Semoga saja ke depan negara ini bisa lebih baik dalam menghargai minoritas dan mengembangkan nilai-nilai keramahan, toleran, dan damai dan kehidupan beragamanya.

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Bersatu NKRI - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -