Posted by : admin
Martes, Mayo 2, 2017
Masih hangat dibicarakan, fenomena kirim bunga kepada pasangan Ahok Djarot yang kalah telak di kontestasi Pilkada DKI Jakarta yang baru lalu. Kiriman bunga berjumlah fantastis, ketika dihitung hari Minggu pagi tanggal 30 April, jumlahnya sudah melebihi angka 7.125 buah.
Sungguh suatu anomali terbesar jagad ini. Paslon yang kalah malah dibanjiri ribuan karangan bunga, yang menang malah sepi kiriman bunga. Sepertinya di belahan dunia manapun, baru Ahok Djarot yang mengalami ini.
Anomali ini tak urung menimbulkan rasa tidak suka, iri, cemburu, dan yang paling mengenaskan … perasaan KALAH. Ya, bagaimana tidak, selebrasi kemenangan yang harusnya hingar bingar dirasakan, luar dan dalam hati, tidak terasa lagi nikmatnya. Menang rasa kalah. Aih aiih…kaciaaan…
Kubu sebelah bisa saja menampik, ngeles angkot bahkan balik menyerang dengan hoax, dan semua sudah dilakukan. Berikut beberapa contohnya:
Fadli Zon
Bapak Zonk ini dengan santainya mengatakan jika kiriman ribuan rangkaian bunga ini merupakan pemborosan dan pencitraan. Berikut kutipan pernyataannya tanggal 27 April 2017:
“Itu kan bisa ngasih makan orang yang perlu dukungan. Bisa buat beasiswa, bisa buat anak yatim, dan sebagainya.”
“Saya rasa masyarakat sudah tahu-lah. Itu bisa bukan efek positif yang didapat, tapi efek negatif. Apalagi kalau ketahuan sumbernya itu. Jadi pencitraan yang murahan ya.”
Sumber: http://news.liputan6.com/read/2933891/fadli-zon-sebut-karangan-bunga-ahok-pencitraan-ini-kata-pdip
Bukan uang kepunyaan sendiri, tapi sok mengatakan sayang digunakan untuk beli bunga, lebih baik disumbangkan. Bagaimana jika tiba-tiba rakyat berkata uang gaji pak Zonk itu mubazir? Lebih baik disumbangkan saja, lebih bermanfaat, dan yang pasti, lebih adem di hati? Hehehe…
Marissa Haque
Artis lawas yang hobi mengumpulkan gelar ini, sepertinya tengah mengalami masa-masa berat menopause dan puber ke-13. Melihat kicauan-kicauan di akun Twitter @haquemarissa seperti melihat anak SMP alay tengah belajar ngetweet. Semua dihantam, bahkan hoax pun tak malu disebarkan. Entahlah, mungkin dia merasa bahagia jika dapat membully orang lain? Kasihan…
Habiburokhman
Mungkin sebagian besar dari pembaca mengingat dia sebagai manusia yang pernah menuliskan kicauan berbunyi:
“Saya berani terjun bebas dari Puncak Monas kalau KTP dukung Ahok beneran cukup untuk nyalon. #KTPdukungAhokcumaomdo???”
Ya, dia masih ada, jelas belum terjun dari Monas, dan masih setia mengikuti setiap langkah dan ucapan dari Ahok, lalu melaporkannya ke Polisi melalui ACTA (Advokat Cinta Tanah Air).
Habiburokhman juga masih setia berkicau nyinyir tentang Ahok, termasuk mengomentari karangan bunga. Berikut contohnya: (Sumber: akun Twitter @habiburokhman)
“Mau tau jumlah orang bego di Jkt ? Check aja karangan bunga di Balaikota”
“Habis sampah KTP terbitlah sampah karangan bunga, dasar kaum pembuat sampah !!!” (29 April 2017)
Kicauan-kicauan yang jauh dari kedamaian. Entah bagaimana rasanya menjadi Habiburokhman, sepertinya hidup tidak akan tenang selama Ahok masih ada di bumi Indonesia. Miris…
Tengku Zulkarnaen
Wasekjen MUI, Ustadz Tengku Zulkarnaen melalui akun Twitter baru yang diduga kuat miliknya (@ustadtengkuzul) juga rajin berkicau nyinyir tentang kiriman bunga Ahok, diantaranya:
“Mau yg Datang ke Balai Kota Real Milyaran Orang.
Mau yg Kirim Karangan Bunga Real Malaikat dr SORGA.
Yg PASTI Si DIA Sdh KEOK
Itu Realitas!”
“Orang Kalah Tapi Dikirimi Bunga Itu Namanya NGEJEK.
Apalagi Disalami, “Selamat Atas KEKALAHANNYA YA!”
NYESEK
Waw Sakitnya Itu di SINI,Nih..!”
“Sdh Habis Duit Ratusan Juta Beli Karangan Bunga, Ketahuan Rekayasa- DUSTA
Kata Org Batak:”Sakit na Tdk sEbErapa LAE, Tapi Malu Na Ini, BAH !”
Dan masih banyak kicauan-kicauan provokatif lainnya. Intinya lagi-lagi mengejek kekalahan Ahok Djarot, dan mengatakan fenomena kiriman bunga adalah rekayasa, tanpa dapat memberikan bukti jelas dimana rekayasanya?
Jaya Suprana
Ketika banyak orang mengusulkan untuk memasukkan fenomena kiriman bunga ini ke MURI (Museum Rekor Indonesia). Pemilik MURI, Jaya Suprana memberikan alasan aneh, kalau mereka tengah mencari ‘penggagas’ kiriman ribuan karangan bunga tersebut, baru dapat memberikan gelar MURI tersebut.
Alasan sama yang mengada-ada, jebakan gendeng. Mana mungkin kiriman ribuan karangan bunga yang diinisiasi masing-masing individu, dimintakan nama ‘penggagas’. Tidak mengherankan karena Jaya Suprana sebenarnya masuk kubu sebelah bersama FPI and the gank.
Demo Buruh
Puncaknya pada aksi demo buruh di hari ‘May Day’ ini. Entah apa hubungannya tuntutan para buruh dengan pembakaran karangan bunga di sepanjang jalan Medan Merdeka Selatan. Alasannya tidak setuju dengan kebijakan Gubernur Ahok. Tapi anehnya menyasar karangan bunga yang tidak berdosa? Situ ga nyambung atau pesanan? Atau dua-duanya? Hadeehh… ‘Lucunya’, perjuangan tuntutan buruh sendiri seakan-akan ‘terlupakan’ karena aksi pembakaran yang dilakukan mereka sendiri. Ironis dan miris.
Selain nama-nama di atas, masih banyak yang juga mendadak nyinyir hanya karena bunga. Apalagi aksi 7 ribuan karangan bunga ini sangat menohok, bahkan menampar aksi demo 7 jutaan massa berjilid 411, 212, 212 ke 2, 313, dll.
Bagaimana tidak? Tanpa pengerahan massa, tanpa keluar uang ratusan Milyar, tanpa intimidasi, tanpa ancaman, tanpa fitnah kiri kanan, tapi hasilnya luarr biazaaa… sakitnya tuh disini, dan disini, dan disini, dan disini, eh banyak amat…
Mungkin sebenarnya kita harus berterima kasih, terutama kepada para buruh yang telah membakar karangan bunga untuk Ahok hari ini. Aksi pembakaran itu telah menyalakan api perjuangan kaum tertindas yang selama ini diam, ‘The Silent Majority.’ Bukti awal: Aksi damai pasang lilin di tempat kejadian pembakaran karangan bunga malam hari di hari yang sama oleh ratusan partisan. Aksi ‘kecil’ tapi menohok, karena membawa pesan: “Kami tidak suka caramu, dan Kami tidak takut!”
Lalu apa lagi setelah itu? Kita lihat saja nanti…