• Posted by : admin Martes, Mayo 9, 2017


    Medengar pernyataan hakim tentang kasus Ahok hari ini benar-benar menyayat hati. Teman-teman yang ikut turun ke jalan rupanya tak dapat meyakinkan hakim untuk membebaskan Ahok, malah menjatuhkan vonis jauh lebih berat dari tuntutan jaksa. Timeline facebook sudah banyak menunjukkan kekecewaaan, satu status paling menyedihkan adalah: RIP hukum di Indonesia.

    Sementara pihak lawan kini terlihat begitu bahagia. Akhirnya penista agama dipenjara. Salam dua tahun penjara. Dan seterusnya.

    Bagi pendukung Ahok, tuntutan jaksa masa percobaan 2 tahun dan 1 tahun penjara saja sudah terasa sangat memberatkan. Apalagi ini, vonis hakim 2 tahun penjara dan langsung ditahan.

    Tapi bagi lawan Ahok, baik dari partai Gerindra, PKS, FPI dan yang semakhluk dengannya, vonis merupakan sebuah berita yang menggembirakan. Mereka menyebut bahwa hakim merupakan pahlawan dan berani bersikap independen.

    Pada dasarnya, berbeda pendapat seperti itu adalah hal yang biasa. Dalam hidup ini, jika ada sekelompok orang yang merasa bahagia, pasti ada sekelompok orang yang merasa kecewa atau sedih melihat kebahagiaan tersebut.

    Tapi begini, pada akhirnya tidak ada gunanya bersedih, kecewa atau menyesali keputusan hakim. Tidak baik juga menuduh hakim dengan tuduhan-tuduhan negatif.

    Sebagai pimpinan Seword dengan hampir 700 penulis di dalamnya, ada ribuan pesan yang masuk siang ini. Baik melalui facebook, WA, telegram dan BBM. Semuanya berisi kekecewaan yang luar biasa. Banyak yang bertanya ini bagaimana? Dan seterusnya.

    Terus terang, anda mau percaya atau tidak, saya sudah melalui puluhan kali diskusi, berbulan-bulan rapat internal dan tertutup, berkali-kali coba merumuskan narasi untuk mendukung Ahok, namun pada akhirnya hari inilah keputusannya. Semuanya harus kita terima.

    Kita semua, keluarga Seword yang cinta Indonesia, tidak boleh terpecah belah. Saya paham ada banyak sekali yang kecewa dengan Presiden Jokowi, kecewa dengan penegak hukum, dan seterusnya. Tapi kalau kemudian kalian berpikir untuk acuh dan tidak mau mendukung Jokowi lagi, itu artinya kalian mengajak menyerah pada keadaan.

    Kalau bukan kita yang mendukung Jokowi, lantas siapa? Kubu sebelah sedang solid-solidnya, sejak 2014 mereka konsisten melawan Jokowi, sementara kita mau terpecah belah? Kubu lawan sedang berpesta pasca kemenangan di Pilgub DKI, hari ini mereka kembali berpesta dengan langsung ditahannya Ahok di lapas cipinang, apa kalian juga akan membiarkan mereka berpesta pada 2019 nanti? Dengan kembalinya titisan orde baru yang biadab dan sadis?

    Sebagai pimpinan Seword, andai saya bisa berpesan kepada keluarga penulis dan pembaca, saya ingin titipkan satu kalimat “jangan lelah mencintai Indonesia.” Kalimat ini pernah disampaikan oleh Presiden Jokowi pada pidato peringatan Hari Pahlawan 10 November 2015.

    Karena kalau kita menyerah, mereka kelompok radikal dan orde baru ini akan dengan sangat mudahnya kembali menguasai Indonesia. Mari belajar pada pendukung Gus Dur. Dulu ketika Gus Dur dilengserkan karena tuduhan korupsi yang masih belum jelas buktinya, para pasukan siap mati sudah siap beraksi. Gus Dur cukup bilang “iya” maka negeri ini sudah dalam perang saudara.

    Tapi saat itu Gus Dur meminta para pendukungnya untuk pulang dan menjalani hidup seperti biasa. Tidak perlu ada pertumpahan darah, tidak perlu ada protes dan pengerahan massa. Semuanya diterima dengan lapang dada. Dan anda bisa lihat sampai sekarang para pendukung Gus Dur masih mencintai Indonesia. Sampai sekarang masih terus berjuang melawan kelompok radikal dan partai wahabi.

    Kita juga perlu belajar pada Prof Habibie. Dulu dia dituduh pengkhianat bangsa, karena Timor Leste lepas. Dicaci maki, diteriaki “Allahuakbar” karena laporan pertanggung jawabannya ditolak oleh anggota sidang. Tapi pada akhirnya Habibie tetap mengabdikan dirinya untuk negeri ini. Tak berhenti berkreasi, memberikan beasiswa, membangun industri pesawat terbang dan tetap memberikan gagasan-gagasannya untuk kemajuan bangsa.

    Dan sekarang, tanyakan pada setiap orang di Indonesia, apakah ada yang membenci Gus Dur dan Habibie? Tanyakan. Gus Dur sudah menjadi sosok bapak bangsa yang menanam pondasi kebhinekaan begitu dalamnya. Habibie menjadi sosok paling inspiratif, ilmuwan dan negarawan tanpa cela. Sedikitpun kita tidak lagi mendengar ‘dosa-dosa’ seorang Habibie.


    Kemudian bandingkan dengan sosok atau tokoh penting yang menolak laporan pertanggung jawaban Habibie, serta tokoh yang melengserkan Gus Dur, ke mana dia? Beberapa minggu yang lalu dia masih berorasi di podium, berpanas-panasan di tengah-tengah massa. Dia sedang menjilat majikan barunya, orang yang pada 98 lalu ditentangnya habis-habisan.

    Ya…saat Gus Dur sudah dikenang karena kontribusinya yang luar biasa untuk negeri ini, saat Habibie diakui sebagai Presiden paling produktif dan mengantarkan Indonesia pada gerbang demokrasi, orang yang menjadi biang keroknya tak meninggalkan apa-apa untuk bangsa ini. Bahkan mungkin ada yang tidak tau dan tidak kenal dengannya.

    Inilah kehidupan. Tidak hanya tentang hari ini, tapi besok, lusa dan puluhan tahun lagi. Orang-orang yang pernah diperlakukan begitu nista, dicaci maki, dituduh dan diintimidasi, beberapa muncul menjadi tokoh bangsa, negarawan yang paling disegani di dunia.

    Begitu juga dengan Ahok. jika memang Ahok benar, baik dan sudah memberikan sesuatu untuk negeri ini, kita apresiasi. Bahwa kemudian Ahok divonis bersalah dan dihukum penjara hari ini, Ahok masih punya kesempatan untuk banding dan kasasi. Namun jikapun pada akhirnya Ahok tetap dipenjara, kita harus terima dengan lapang dada, dan biarkan Tuhan yang menyelesaikan ceritanya. Tugas kita sudah selesai. Selanjutnya biarlah Tuhan dan negeri ini mencatatkan sejarahnya, tentang orang-orang yang telah mengabdikan diri dan memberikan yang terbaik untuk bangsanya…

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Bersatu NKRI - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -